Latest News

quarta-feira, 9 de dezembro de 2009

Perjodohan Ala Karo


JODOH
= Impal

Dalam estetika masyarakat Karo pengertian seorang jodoh lazim disebut impal.
Maksudnya, dari awal pihak laki-laki akan direkomendasikan untuk mengambil impalnya.
Walau tidak tertulis, hal ini semacam peraturan adat yang tidak baku.
Artinya, kalau bisa sih laki-laki ngambil impalnya.
Kalau tidak bisa, ambil beru yang sama dengan nandenya alias singumban nande.

Kalau tidak bisa juga, yang penting asal wanita Karo.
Kalau memang tidak bisa lagi, apa boleh buat, siapa aja juga boleh asal bisa menikah daripada dijuluki si jomblo ting-ting.

Di kemasyarakatan Karo, tanggung jawab pihak orang tua begitu besar pada anaknya.
Dengan sabar mereka akan membesarkan anaknya, mendidik dengan pendidikan non formal di rumah.
Lalu melanjutkan pendidikan formal di sekolah.
Setelah tamat sekolah menengah atas.
Orang tua Karo pasti akan meminta anaknya untuk melanjutkan kuliah.
Bahkan beberapa teman kuliah saya dulu yang berasal dari kampung Karo, orang tua mereka rela menjual ladangnya asal anaknya bisa kuliah.
Yang pasti pendidikan si anak menjadi prioritas bagi mereka.
Dengan kata lain pendidikan anak menjadi tolak ukur kemampuan si orang tua sekaligus mengangkat citra status sosial keluarga.

Setelah kuliah selesai, yang menjadi tanggung jawab orang tua berikutnya yaitu jodoh anaknya.
Semua orang tua Karo berharap anaknya bisa menikah.
Dalam kultur Karo tanggung jawab orang tua pada anaknya belum selesai jika anaknya belum menikah.
Itulah sebabnya pernikahan menjadi hal yang penting dan mutlak.
Bahkan lebih baik anaknya cepat menikah daripada cepat dapat kerja.
Toh kerjaan bisa saja diwariskan dari harta milik orang tua.

Orang tua akan telihat gusar ketika anaknya belum menikah juga.
Mereka segera merekomendasikan si anak untuk menikahi impalnya.
Jika si anak tidak mau, mereka mencari lain.
Misalnya mencoba bantuan keluarga dari pihak nande atau bapa untuk mencarikan jodoh buat anaknya.
Disinilah kemudian bibi-bibi berlomba memberikan referensi bahwa si anu atau si ini yang cocok buat anak itu.

Orang tua akan mendorong anak itu untuk menjalin hubungan dengan calon referensi dari pihak keluarga.
Kadang ada anak yang mau, tapi banyak juga memberontak.
Jangan seperti teman saya, orang tuanya malu karena anaknya akhirnya dijuluki PANGLATU alias Panglima Lajang Tua.


STATUS SOSIAL PERLU

Ise gelarndu?
Ise simupus kam?
Ja kutandu?
Kai dahindu?
Tamatan ja kam?

Serentetan pertanyaan itu menjadi pertanyaan mutlak yang ditanyakan orang tua Karo ketika seorang laki-laki bertandang ke rumahnya.
Apalagi laki-laki itu bertandang karena anak gadisnya.

Tidak hanya orang Karo, semua orang tua di muka bumi ini berharap anaknya bahagia.
Hidup berbahagia dengan pasangannya.
Itulah sebabnya mereka berharap anaknya mendapat pasangan terbaik.
Tidak hanya terbaik bagi anaknya tapi juga terbaik bagi mereka, paling tidak menurut mereka.

Dalam budaya Karo, perkawinan seorang lelaki dan seorang perempuan tidak hanya perkawinan dalam bentuk perjodohan atau ikatan suami istri.
Perkawinan disini juga disebut perkawinan dua keluarga.
Baik keluarga besar pihak laki-laki maupun pihak keluarga perempuan.
Itu makanya antara kedua pihak keluarga harus mengetahui dulu secara dalam calon besannya.
Kalau memang tidak cocok mereka secara tegas katakan tidak.
Jarang sekali di kemasyarakatan Karo terjadi seperti lakon Romeo dan Juliet, kedua keluarga bermusuhan, anak mereka malah saling mencintai.

Itulah makanya status sosial dan berbagai persyaratan ini membuat pihak laki-laki terkadang menjadi minder saat melihat status sosial pihak perempuan ternyata lebih tinggi.
Status sosial bisa menyangkut keluarga, maupun pendidikan perempuan itu.
Dari pihak perempuan malah akan senang jika lelaki yang datang memang seorang mandiri dan bisa mempertanggungjawabkan anak gadis mereka kelak.

Itulah sebabnya peran keluarga menjadi hal penting dalam mencari jodoh anaknya.
Misalnya peran bibi-bibi itu tadi.
Mereka akan melihat mana laki-laki atau perempuan yang cocok buat permain atau anak mereka.
Kalau memang sudah cocok, mereka akan segera merekomendasikan.
Mereka tidak akan merekomendasikan yang tidak cocok dengan permain atau anak mereka dari segi keluarga maupun status sosial.

Bibi-bibi ini secara langsung sudah jadi mak comblang keluarga.
Istilah lainnya mak comblang yang memberikan garansi keluarga.
Itulah sebabnya jika bibi si anu dan si ani sudah saling cocok menjodohkan dan akhirnya tidak jadi, biasanya antara pihak keluarga yang sudah suka menjadi menjauh atau tidak enakan lagi.


TIPS-TIPS PERJODOHAN KARO

1. Berani katakan tidak

Kalau tidak cocok, katakan tidak!
Jangan karena keinginan keluarga, hidup kita jadi tidak bahagia.
Wajar jika keluarga merekomendasikan yang cocok dengan mereka.
Wajar pula jika menolak jika seseorang tidak cocok dengan kita.
Jangan pernah takut untuk yang satu ini.
Ingat, menikah hanya sekali seumur hidup.
So looking for the best!


2. Jangan khawatir gagalnya perjodohan

Jika keluarga akhirnya akhirnya tidak enakan dengan keluarga yang dijodohkan, jangan khawatir.
Itu adalah bentuk resiko.
Resiko selalu ada kapan saja dan dimana saja.
Haruskah setiap orang yang dijodohkan pada kita akan menjadi pendamping kita?
Kalau memang gitu, betapa mengerikannya perjodohan itu.


3. Patuh pada orang tua adalah syarat mutlak

Bagaimana mungkin kita bahagia dengan pasangan yang kita cintai kalau kita tidak bisa menyenangkan orang tua kita karena kehadirannya.
Orang tua sudah membesarkan kita hingga sekarang.
Ini bukan karena tugas tanggung jawab mereka, tapi karena rasa sayang mereka pada kita anaknya.
Bukankah kita harus membalas rasa sayang mereka.
Jika ada pasangan yang kita cintai akan mengalami permasalahan dengan orang tua kita saat kita perkenalkan.
Berikan orang tua pelan-pelan pengertian mengapa kita harus memilih pasangan kita itu.
Coba pahami keinginan orang tua kita dari pasangan kita itu.
Dari situ pasti bisa diambil benang merahnya.


4. Atasi halangan

Survei membuktikan banyak lelaki Karo ketika mendekati wanita lebih banyak memakai prinsip menghindari halangan daripada mengatasi halangan dalam mencapai keinginannya.
Hal ini justru membuat rasa rendah diri di kemudian hari.
Percaya diri saja. Atasi semua halangan yang mencoba kita untuk bersatu dengan kekasih kita itu.
Dengan begitu kita akan lebih mencintainya. Bukankah semua lelaki diciptakan bersifat ksatria.


5. Jangan milih-milih

Umur semakin uzur tapi masih saja milih.
Si ini kurang itulah, si itu kurang inilah. Ada-ada saja. Manusia tidak ada sempurna.
Pasti ada kekurangan dari calon pasangan kita.
Untuk itulah kita hadir untuk mencukupkan kekurangannya dari kelebihan kita.

Tiba-tiba saya ingat apa yang dikatakan teman saya tentang umur dan perjodohan.
Katanya gini :
Umur 20-25 tahun = siapa elo? Umur 25-30 tahun = siapa gue? Umur 30 ke atas = siapa saja?!

Tulisan ini adalah bentuk tafsiran dari bentuk perjodohan pada masyarakat Karo berdasarkan pengalaman dan curhat orang lain.
Jika ada yang tersinggung, tersudut, atau pernah mengalaminya, saya minta maaf sebesar-besarnya.
Sentabi,

domingo, 6 de dezembro de 2009

Karo dan Sifat Merganya

Sebuah konteks dalam sifat setiap manusia tidak lepas dari aspek psikologis (kejiwaan) manusia itu sendiri.
Dengan kebesaran kuasaNya, Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman sifat.
Tentu setiap manusia di muka bumi ini diciptakan dengan sisi baik dan buruknya.

Manusia Karo juga tidak terlepas dari keberagaman sifat (biak) itu.
Sifat yang dimiliki setiap individu Karo tentu berbeda-beda.
Tapi ada sifat dasar pembawaan dari merga yang dipakainya.
Mungkin juga sifat ini didasarkan beberapa sebab seperti satu keturunan (terombo), satu kampung berikut kebiasaan dan tradisinya sampai letak geografis tempat tinggal.

Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang sifat-sifat (Biak-biak) Silima Merga.
Penulis meriset semua sifat-sifat ini dari wawancara dengan orang-orang tua, beberapa tulisan juga pengalaman pergaulan dari kehidupan sebagai orang Karo di tengah tatanan budaya Karo yang kental.






Karo-Karo

Merga Karo-karo rata-rata cerdas dalam berpikir dan bertindak.
Ini terbukti dengan orang Karo yang meraih gelar sarjana pertama kali adalah Dr B. Sitepu dan Mr. Jaga Bukit.
Profesor pertama dari Karo adalah Prof. A.T. Barus.
Gubernur Sumatera Utara dari Karo pertama kali adalah Ulung Sitepu.
Sampai menteri dari Karo yang pernah diangkat adalah M.S. Kaban.

Karo-karo biasanya berkemauan kuat dan berusaha keras meraih cita-citanya.
Karena kemauan dan kerja kerasnya itu tidak sedikit Karo-karo berhasil meraih segala keinginannya.

Beru Karo terkenal berani dalam bertindak.
Ketika ada yang tidak sesuai keinginan hatinya maka apapun bisa dikata-katainya.
Cenderung bersifat mendominasi dalam rumah tangga.
Tapi beru Karo terkenal kepintarannya sebagai penyeimbang rumah tangga.


Ginting
Merga Ginting lantang dalam berbicara.
Kalau memang pendapatnya benar akan terus dipertahankannya.
Siapa yg tak kenal nama yang sudah didekasikan menjadi salah satu jalan terpanjang di negeri ini, Letjend Jamin Ginting.
Termasuk mantan anggota MPR RI, (alm) Sutradara Ginting yang pintar dalam mengungkapkan pendapatnya.
Tidak takut untuk memulai sesuatu yang baru.
Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat.
Cenderung patuh pada istrinya.

Beru Ginting terkenal tidak malu tampil ke tengah.
Kalau belum berbuat sesuatu rasanya belum ada kepuasan dalam dirinya.
Keberaniannya terkadang tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi terhadap tindakannya.


Sembiring
Merga Sembiring rata-rata berjiwa diplomatis.
Sedikit berbicara tapi dalam artinya.
Terkadang pelan-pelan mengutarakan pendapatnya sehingga keinginan hatinya diterima semua orang.
Siapa yang tidak kenal dengan keturunan Sibayak Sarinembah, Mayjend Raja Kami Sembiring dengan vokalnya yang menghebohkan gedung MPR RI Senayan beberapa tahun lalu.
Kriminolog Adrianus Meliala juga termasuk salah satu contoh serta Tifatul Sembiring yang saat ini menjabat sebagai Menkoinfo.

Cenderung malu dan takut mengutarakan cinta pada gadis yang dipujanya.
Bahkan sekalipun ditanya apakah dia mencintai gadis itu dengan cepat akan ditampiknya dengan halus.

Beru Sembiring berjiwa penyabar.
Walau banyak yang tidak menyenangi dirinya dengan sabar dia akan menerimanya.
Cenderung sebagai penguasa rumah tangga.
Sehingga rumah tangga berada dibawah kendalinya.


Tarigan
Merga Tarigan pintar berbicara.
Di kedai kopi ataupun jambur semua obrolan akan didominasinya.
Cepat berkelit dalam berkata-kata jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan maksudnya.
Karena pintar berkata-kata rata-rata merga Tarigan berjiwa dagang.
Mulia Tarigan salah satu contohnya, juga Mestika br Tarigan menjadi psikolog.

Beru Tarigan bersifat pasrah terhadap sesuatu yang didapatnya.
Apa yang dikatakannya terkadang berbeda dengan isi hatinya.


Perangin-angin
Merga ini disebut dengan julukan Tambar Malem (selain Sebayang).
Tambar Malem maksudnya disini adalah kepintaran dalam berkata-kata untuk menghibur orang.
Jika ada orang mengalami masalah, Perangin-angin pintar memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi jalan keluarnya. Bersifat moderator dan mediator.

Cenderung harus dibujuk-bujuk (tami-tami) dan cemburuan.
Berani dalam bertindak dan mengungkapkan pendapatnya.
Aktor kawakan Advent Bangun yang telah memakai lidahnya dalam berkotbah di mimbar gereja.
Termasuk perjuangan Kiras Bangun alias Pa Garamata dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.

Beru Perangin-angin berjiwa ingin tampil.
Ada suatu kebanggaan jika dirinya diperhatikan orang.
Bersifat menguasai keluarganya sendiri.
Kepintarannya dalam mencari muka pada orang tuanya terkadang membuat perselisihan dengan turangnya sendiri.


Sifat-sifat merga di atas tidak bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk menyimpulkan sifat seseorang dari merganya. Perkembangan jaman, kehidupan sosial dan perkawinan dengan berbagai suku sedikit demi sedikit mengikis sifat-sifat merga itu sendiri.

Jadi sifat merga diatas hanyalah sebuah kesimpulan kecil dari sebuah penelitian yang setiap saat bisa disanggah dan diperdebatkan.
Sekali lagi janganlah kesimpulan diatas menjadi acuan kita untuk menilai sifat merga dan juga sifat seseorang.

Tapi jika kita menelusuri lebih dalam setiap orang Karo mempunyai sifat yang hampir sama.
Mungkin dikarenakan alam, budaya dan seninya yang mengacu pada kehidupan sosial Karo itu sendiri.
Catatan kecil tentang sifat orang Karo

Orang Karo itu tidak terlalu rajin tetapi bukan pemalas.
Berjiwa lemah lembut dan toleransi yang kuat.
Sifat gotong royong dan memusyawarahkan sesuatu secara �sangkep nggeluh� menjadi nilai yang dikedepankan dalam strukur sosial masyarakatnya.

Prinsip hidupnya adalah, �Ertuah bayak sangap encari,� yang artinya berkembang biak murah rejeki, dan etos kerja yang digunakan �Mangkuk reh mangkuk mulih, Ola lolo cametendu�.

Filosofi hidup orang Karo itu, �Pebelang juma maka mbelang man peranin, Jemur pagendu sangana las,� yang artinya perbanyak mata pencaharian supaya banyak hasilnya, gunakan kesempatan yang ada.

Ada juga falsafah yang mengatakan, �Keri gia pola isina, gelah mehuli penangketken kitangna,� biarpun habis air nira diminum, asal yang meminum itu menggantungkan tempatnya (kitang) itu dengan baik.

Kelemahan orang Karo pada umumnya mudah tersinggung dan sakit hati.
Apabila rasa sakit hati dan ketersinggungan itu terlalu mendalam akan menimbulkan reaksi.
Tetapi lebih banyak mengundurkan diri dalam percaturan. Tapi umumnya mempunyai sifat pendendam.

Orang Karo sangat sensitif tetapi menyimpan sifat ideal sebagai single fighter.
Berani memulai sesuatu walau tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya.
Mempunyai jiwa merantau (erlajang) dan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada istilah sendiri yang mengacu hal ini,
�Kalau masuk ke kandang kambing, dia akan mengembik tapi tidak jadi kambing.
Kalau masuk ke kandang harimau, dia akan mengaum tapi tidak jadi harimau.�



Sebuah sajak indah yang pernah ditulis Alm. Djaga Depari tentang Merga Silima

Silima Merga
De nen percibalna
tutus atena ras sumangatna
kini genggengenna ninta
cukup me tuhuna
meteh mehuli meteh mehangke
dahinna la murde
ertuding ras jore
beluh nge erjile-jile

Tapi lit dengang ia pandangen
simorahen ras sicianen
pergelut perbenceng permeja
nakan segarun terbuang dungna
iban si sitik selembar ngenca

De lakin robah
la kin jera
ngerasa kerina
silima merga


(Terjemahan)

Silima Merga
Kalau dilihat keadaannya
rajin serta besar semangatnya
tahan menderita kata kita
cukuplah memang
tahu baik tahu malu
pekerjaannya tidak jelek
beres dan teratur
tahu pula menghias diri

Tapi masih ada juga kekurangannya
iri hati dan dengki
mudah sakit hati dan putus asa
nasi sebakul terbuang jadinya
karena rambut sehelai saja
Kalau tidak berubah
tiada jera
merasalah semua
Silima Merga


Masing-masing kita sudah mengetahui sifat kita sebagai pribadi maupun sebagai seorang Karo.
Tapi alangkah baiknya jika kita menelaah mana sifat yang mendukung hidup ke arah positip dan mana malah yang menghambat.

Adalah suatu jiwa besar jika kita meninggalkan kebiasaan lama dan memulai sesuatu yang lebih baik.
Dengan menggunakan sifat yang baik dari kita secara pribadi dan juga dengan sesama niscaya memberikan harapan perubahan baru dalam hidup kita.
Salam budaya!

sábado, 5 de dezembro de 2009

Kalender Suku Karo

Orang Karo mempunyai nama-nama tangal hari dan bulan serta pembagian waktu, demikian juga nama - nama dari arah mata angin.

Satu tahun dihitung 12 bulan, dan 1 bulan dihitung 30 hari.
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:


<> Bulan Sipaka sada merupakan bulan kambing
<> Bulan Sipaka dua merupakan bulan lampu
<> Bulan Sipaka telu merupakan bulan gaya cacing
<> Bulan Sipaka empat merupakan bulan katak
<> Bulan Sipaka lima merupakan bulan arimo harimau
<> Bulan Sipaka enem merupakan bulan kuliki elang
<> Bulan Sipaka pitu merupakan bulan kayu
<> Bulan Sipaka waluh merupakan bulan tambak kolam
<> Bulan Sipaka siwah merupakan bulan gayo kepiting
<> Bulan Sipaka sepuluh merupakan bulan belobat baluat atau balobat Alat Music Tiup
<> Bulan Sipaka sepuluh sada merupakan bulan batu
<> Bulan Sipaka sepuluh dua merupakan bulan nurung ikan

Nama-nama hari pada suku Karo apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata Sansekerta.
Setiap hari dari tanggal itu mempunyai makna atau pengerian tertentu.
Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, berperang ke medan

laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya.
selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok.
Disinilah besarnya peranan "guru sibeloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan

serasi), yang dengan perhitungannya secara seksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.

Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

1. ADITIA adalah hari/wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)

2. SUMA adalah hari/wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.

3. NGGARA adalah hari/wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan Tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.

4. BUDAHA adalah hari/wari si empat nahe, wari Page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.

5. BERAS PATI adalah hari/wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.

6. CUKRA ENEM adalah malam/berngi hari/wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.

7. BELAH NAIK adalah hari/wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli Banci erkata gendang.

8. ADITIA NAIK adalah hari/wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.

9. SUMANA SIWAH adalah hari/wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.

10. NGGARA SEPULUH adalah hari/wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.

11. BUDAHA NGADEP adalah hari/wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.

12. BERAS PATI TANGKEP adalah hari/wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.

13. CUKERA DUDU (LAU) adalah hari/wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.

14. BELAH PURNAMA RAYA adalah hari/wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.

15. TULA adlah hari/wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.

16. SUMA CEPIK adalah hari/wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-Malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.

17. NGGARA ENGGO TULA adalah hari/wari Mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.

18. BUDAHA GOK adalah hari/wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.

19. BERAS PATI adalah hari/wari untuk Menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.

20. CUKRA SI 20 adalah hari/wari Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata ghendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.

21. BELAH TURUN adalah hari/ wari untuk buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.

22. ADITIA TURUN adalah hari/wari erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.

23. SUMANA MATE adalah hari/wari mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.

24. NGGARA SIMBELIN adalah hari/wari mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna simehuli.

25. BUDAHA MEDEM adalah hari/wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.

26. BERAS PATI MEDEM adalah hari/wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.

27. CUKRANA MATE adalah hari buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.

28. MATE BULAN Ngulak adalah hari untuk buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.

29. DALAN BULAN adalah hari/wari kurang ulina, simehuli tupuk.

30. SAMI SARA adalah hari/wari nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man nini-nini, nendungi guru.

terça-feira, 1 de dezembro de 2009

Gertak Lau Biang


Rasanya orang yang lahir, besar, atau paling tidak pernah tinggal di Tanah Karo pasti mengenal Gertak Lau Biang (Jembatan Lau Biang).
Jika ditanyakan apa pendapat mereka tentang Gertak Lau Biang dengan perasaan bergidik dan dibumbui cerita-cerita seram mereka akan menjelaskan tentang jembatan angker tersebut.

Konon penamaan Lau Biang itu sendiri diambil dari cerita dimana salah seorang nenek moyang merga Sembiring pernah dikejar musuhnya kemudian menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke sebuah sungai dan hampir tenggelam.
Seekor anjing kemudian menyelamatkan orang itu dan membawanya ke seberang.
Mulai dari situ sungai tersebut dinamakan Lau Biang dan Merga Sembiring Singombak berjanji untuk pantang makan daging anjing.


Sembiring Singombak yang dalam bahasa Budayawan Karo Brahma Putro disebut Sembiring Hindu Tamil menganggap Lau Biang adalah sungai suci.
Dulu Seberaya (sebelumnya disebut Sicapah) yang menjadi pusat dari Sembiring Singombak diadakan perayaan besar �Kerja Mbelin Paka Waluh� seremai sekali atau 32 tahun sekali.
Menurut peneletian Kerja Mbelin Paka Waluh terakhir terjadi antara tahun 1850-1880.

Kerja Mbelin Paka Waluh adalah perayaan besar Sembiring Singombak yang pada masa itu masih beragama Perbegu atau Pemena yang dikaitkan dengan agama Hindu.
Ada kepercayaan yang mendasar pada masa itu tentang upacara suci pembakaran mayat (ngaben) dan menghanyutkan perabuan mayat itu ke sungai Lau Biang yang konon dipercaya di lautan luas akan bertemu dengan sungai Gangga India yang dianggap suci itu. Jadi pelaksanaan penghanyutan perabuan mayat ini oleh masing-masing sub merga Sembiring Singombak ini secara bersamaan dalam upacara besar disebut Kerja Mbelin Paka Waluh.

Masing-masing sub Merga Sembiring Singombak berikut anak berunya datang dari berbagai penjuru kuta Tanah karo.
Masing-masing sub Merga itu menyiapkan perahu-perahu kecil yang indah.
Lalu dengan iring-iringan upacara tertentu perahu-perahu itu kemudian dinaiki masing-masing sub Merga lalu bergerak di aliran sungai Lau Biang.
Penghanyutan perabuan mayat dalam Kerja Mbelin Paka Waluh itu terjadi beberapa bulan untuk persiapan berikut pelaksanaannya.

Sementara Gertak Lau Biang jembatan yang menghubungkan kuta Batukarang, Nageri dan Singgamanik ini adalah saksi bisu segala penindasan dan dokumen sejarah.
Pada tanggal 15 September 1904, Kiras Bangun atau Pa Garamata dan laskarnya menghancurkan jembatan penghubung ini agar Belanda tidak bisa menyeberang ke tempat persembunyiannya di Singgamanik.
Jembatan ini sendiri terlihat dari Riung suatu perladangan tempat Garamata dulu diasingkan oleh Belanda.

Pada masa taktik bumi hangus kuta-kuta Tanah Karo pada agresi Belanda tanggal 25 Nopember 1947, para pengungsi dari Batukarang dan kuta-kuta lainnya menyeberangi Lau Biang itu dengan jembatan yang terbuat dari bambu yang berayun-ayun.

Aliran sungai yang lewat dibawah jembatan itu sangat deras.
Dan jarak dari tebing ke sungai mencapai 30 meter.
Baru dimasa setelah pengungsian itu dibangun jembatan kokoh yang menurut kata orang bertumbalkan 2 kepala anak-anak!

Kepala-kepala itu sendiri menurut kata-kata orang adalah sebagai penyangga dari jembatan itu agar kokoh dan bertahan lama. Ini terbukti karena sampai sekarang jembatan itu masih bertahan dan belum tampak akan roboh.

Banyak cerita yang terdengar dari fenomena Gertak Lau Biang tersebut.
Ada yang mengatakan di jaman Revolusi tepatnya ketika Belanda angkat kaki dari Tanah Karo, tempat tersebut menjadi saksi bisu dimana terjadi �penggelehan� besar-besaran terhadap yang dituduh sebagai antek-antek Belanda termasuk beberapa Sibayak dan Raja Urung.

Bahkan menurut Nande Sendep br Bangun (umur 100 tahun) dari Batukarang seorang saksi sejarah yang masih hidup, Gertak Lau Biang menjadi tujuan dari beberapa daerah di Sumatera Utara untuk pengeksekusian antek-antek Belanda.
Mereka dibunuh dengan cara biadab.
Ada yang dipancung, ditikam bahkan langsung dibuang begitu saja dari jembatan itu ke sungai Lau Biang yang deras.
Biasanya malam pengeksekusian dini hari.
Tambah Nini Ribu itu pula, jika pengeksekusian telah selesai biasanya truk-truk yang membawa para korban sembelihan tadi langsung dijatuhkan ke Lau Biang malam itu juga.

Berapa orang yang mati di Lau Biang itu tidak ada yang bisa memastikan.
Ada yang menyebut ribuan, ratusan ribu bahkan menurut Nini Ribu angkanya bisa mencapai satu juta kepala.
Berlebihankah? Jika kita telusuri sejarah dari tahun ke tahun tentu kita akan mengiyakan apa yang dikatakan Ribu.

Di jaman pendudukan Belanda, seorang veteran laskar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan mereka dulu pernah menutup jembatan tersebut dengan pohon dan tumbuhan-tumbuhan.
Lalu membuat jalan terusan ke arah yang salah.
Sehingga truk-truk tentara Belanda mengira jalan itu tetap lurus dan akhirnya mereka jatuh ke sungai Lau Biang itu.
Bahkan menurut kabar burung, di dasar Lau Biang itu terdapat kerangka tank tentara Belanda.
Biasanya jika air sungai Lau Biang itu jernih akan terlihat dari atas jembatan rangka truk dan mobil yang pernah jatuh.

Lau Biang memang angker.
Menurut pengakuan seorang sumber, beberapa dekade terakhir ini Lau Biang dijadikan tempat untuk bunuh diri.
Biasanya orang yang bunuh diri di tempat tersebut karena stress.
Kebanyakan bahkan gadis yang beralasan cintanya tidak disetujui oleh keluarganya.
Beberapa bulan lalu seorang Bulang dari Singgamanik harus mengakhiri hidupnya di jembatan itu karena stress dengan kehidupan keluarganya.
Padahal ketika itu kempunya sudah melarang di pinggir jembatan.
Bulang itu ditemukan mengapung empat hari kemudian tepat di bawah jembatan itu.

Belum lagi pembunuhan sekeluarga yang pernah terjadi di Kabanjahe yang ke semua mayatnya dibuang ke Lau Biang tersebut.
Lau Biang juga pernah menjadi tempat pembuangan mayat ketika jaman PKI.

Jika seseorang jatuh ke Lau Biang kemungkinan besar bahkan bisa dipastikan akan mati.
Maka untuk mencari mayatnya dibutuhkan beberapa hari untuk menunggu.
Jika tidak mengapung di sekitar situ maka secepatnya pergi ke Perbesi.
Karena biasanya mayat-mayat dari Lau Biang akan mengapung disana.
Itulah sebabnya pernah beberapa masa orang-orang kuta Perbesi enggan untuk mandi atau mengambil air dari Lau Biang yang mengaliri kuta itu.

Tidak jauh dari Gertak Lau Biang itu, terdapat sebuah pancuran yang dinamakan Pancur Besi.
Pancuran itu terletak di pinggir jalan. Hanya terpaut beberapa meter antara pancuran untuk laki-laki dan perempuan.
Menurut penglihatan beberapa saksi mata, jika kita melewati pancuran itu malam hari akan terlihat seorang gadis berambut panjang sedang mandi di pancuran itu.
Mitos itu mungkin terbawa karena menurut legenda kebiasaan Putri Hujau beru Sembiring Meliala yang mandi di Seberaya.

Salah satu sumber di Trans TV menyebutkan team survey reality show �Dunia Lain� pernah malakukan penjajakan ke Gertak Lau Biang untuk kemungkinan dilaksanakan �Uji Nyali� di daerah tersebut.
Tapi kemudian acara yang dipandu Harry Panca itu mengurungkan niat karena beralasan di tempat itu penunggunya sangat kuat dan susah untuk ditaklukkan.
Sungguh tidak bisa dibayangkan jika acara tersebut betul-betul dilaksanakan.
Kemungkinan peserta �uji nyali� itu bisa hilang entah kemana.
Lagipula siapa yang akan berani seorang diri diam di tempat itu selama 4 jam hanya untuk mendapatkan satu juta rupiah!

Ada juga cerita tentang kehebatan pemancing yang berjuluk �Pengkawil Lau Biang.�
Menurut cerita Pengkawil Lau Biang itu biasa memancing di sepanjang aliran sungai Lau Biang.
Mereka berjalan dari Seberaya menapaki setiap tebing terjal sepanjang sungai hingga ke Perbesi kemudian pulang lagi dari jalan yang sama.
Tidak terbayangkan betapa melelahkannya.
Hingga ada yang menyebutkan kalau Pengkawil Lau Biang itu bukan orang sembarangan.

Jika kita hendak melewati Gertak itu dengan kendaraan maka kita harus membunyikan klakson terlebih dulu sebagai tanda permisi pada penunggu tempat itu.
Jika tidak, akan terjadi keanehan seperti mesin kendaraan tiba-tiba mati misalnya.
Ketika meneliti daerah tersebut kita juga harus memberikan ritus rokok sebagai permohonan ijin.

Banyak cerita yang di dengar dari orang-orang yang pernah melintas pada malam hari.
Berbagai penampakan-penampakan biasa terlihat. Apapun wujudnya tentu sosok menakutkanlah yang terlihat.
Itulah sebabnya saat ini jarang mobil ataupun sepeda motor lewat malam hari di tempat tersebut.

Gertak Lau Biang telah menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat Karo.
Banyak cerita yang mewarnai fenomena tersebut.
Fenomena itu menjadi misteri yang sulit untuk terungkap.

Recent Post