Latest News

quarta-feira, 9 de dezembro de 2009

Perjodohan Ala Karo


JODOH
= Impal

Dalam estetika masyarakat Karo pengertian seorang jodoh lazim disebut impal.
Maksudnya, dari awal pihak laki-laki akan direkomendasikan untuk mengambil impalnya.
Walau tidak tertulis, hal ini semacam peraturan adat yang tidak baku.
Artinya, kalau bisa sih laki-laki ngambil impalnya.
Kalau tidak bisa, ambil beru yang sama dengan nandenya alias singumban nande.

Kalau tidak bisa juga, yang penting asal wanita Karo.
Kalau memang tidak bisa lagi, apa boleh buat, siapa aja juga boleh asal bisa menikah daripada dijuluki si jomblo ting-ting.

Di kemasyarakatan Karo, tanggung jawab pihak orang tua begitu besar pada anaknya.
Dengan sabar mereka akan membesarkan anaknya, mendidik dengan pendidikan non formal di rumah.
Lalu melanjutkan pendidikan formal di sekolah.
Setelah tamat sekolah menengah atas.
Orang tua Karo pasti akan meminta anaknya untuk melanjutkan kuliah.
Bahkan beberapa teman kuliah saya dulu yang berasal dari kampung Karo, orang tua mereka rela menjual ladangnya asal anaknya bisa kuliah.
Yang pasti pendidikan si anak menjadi prioritas bagi mereka.
Dengan kata lain pendidikan anak menjadi tolak ukur kemampuan si orang tua sekaligus mengangkat citra status sosial keluarga.

Setelah kuliah selesai, yang menjadi tanggung jawab orang tua berikutnya yaitu jodoh anaknya.
Semua orang tua Karo berharap anaknya bisa menikah.
Dalam kultur Karo tanggung jawab orang tua pada anaknya belum selesai jika anaknya belum menikah.
Itulah sebabnya pernikahan menjadi hal yang penting dan mutlak.
Bahkan lebih baik anaknya cepat menikah daripada cepat dapat kerja.
Toh kerjaan bisa saja diwariskan dari harta milik orang tua.

Orang tua akan telihat gusar ketika anaknya belum menikah juga.
Mereka segera merekomendasikan si anak untuk menikahi impalnya.
Jika si anak tidak mau, mereka mencari lain.
Misalnya mencoba bantuan keluarga dari pihak nande atau bapa untuk mencarikan jodoh buat anaknya.
Disinilah kemudian bibi-bibi berlomba memberikan referensi bahwa si anu atau si ini yang cocok buat anak itu.

Orang tua akan mendorong anak itu untuk menjalin hubungan dengan calon referensi dari pihak keluarga.
Kadang ada anak yang mau, tapi banyak juga memberontak.
Jangan seperti teman saya, orang tuanya malu karena anaknya akhirnya dijuluki PANGLATU alias Panglima Lajang Tua.


STATUS SOSIAL PERLU

Ise gelarndu?
Ise simupus kam?
Ja kutandu?
Kai dahindu?
Tamatan ja kam?

Serentetan pertanyaan itu menjadi pertanyaan mutlak yang ditanyakan orang tua Karo ketika seorang laki-laki bertandang ke rumahnya.
Apalagi laki-laki itu bertandang karena anak gadisnya.

Tidak hanya orang Karo, semua orang tua di muka bumi ini berharap anaknya bahagia.
Hidup berbahagia dengan pasangannya.
Itulah sebabnya mereka berharap anaknya mendapat pasangan terbaik.
Tidak hanya terbaik bagi anaknya tapi juga terbaik bagi mereka, paling tidak menurut mereka.

Dalam budaya Karo, perkawinan seorang lelaki dan seorang perempuan tidak hanya perkawinan dalam bentuk perjodohan atau ikatan suami istri.
Perkawinan disini juga disebut perkawinan dua keluarga.
Baik keluarga besar pihak laki-laki maupun pihak keluarga perempuan.
Itu makanya antara kedua pihak keluarga harus mengetahui dulu secara dalam calon besannya.
Kalau memang tidak cocok mereka secara tegas katakan tidak.
Jarang sekali di kemasyarakatan Karo terjadi seperti lakon Romeo dan Juliet, kedua keluarga bermusuhan, anak mereka malah saling mencintai.

Itulah makanya status sosial dan berbagai persyaratan ini membuat pihak laki-laki terkadang menjadi minder saat melihat status sosial pihak perempuan ternyata lebih tinggi.
Status sosial bisa menyangkut keluarga, maupun pendidikan perempuan itu.
Dari pihak perempuan malah akan senang jika lelaki yang datang memang seorang mandiri dan bisa mempertanggungjawabkan anak gadis mereka kelak.

Itulah sebabnya peran keluarga menjadi hal penting dalam mencari jodoh anaknya.
Misalnya peran bibi-bibi itu tadi.
Mereka akan melihat mana laki-laki atau perempuan yang cocok buat permain atau anak mereka.
Kalau memang sudah cocok, mereka akan segera merekomendasikan.
Mereka tidak akan merekomendasikan yang tidak cocok dengan permain atau anak mereka dari segi keluarga maupun status sosial.

Bibi-bibi ini secara langsung sudah jadi mak comblang keluarga.
Istilah lainnya mak comblang yang memberikan garansi keluarga.
Itulah sebabnya jika bibi si anu dan si ani sudah saling cocok menjodohkan dan akhirnya tidak jadi, biasanya antara pihak keluarga yang sudah suka menjadi menjauh atau tidak enakan lagi.


TIPS-TIPS PERJODOHAN KARO

1. Berani katakan tidak

Kalau tidak cocok, katakan tidak!
Jangan karena keinginan keluarga, hidup kita jadi tidak bahagia.
Wajar jika keluarga merekomendasikan yang cocok dengan mereka.
Wajar pula jika menolak jika seseorang tidak cocok dengan kita.
Jangan pernah takut untuk yang satu ini.
Ingat, menikah hanya sekali seumur hidup.
So looking for the best!


2. Jangan khawatir gagalnya perjodohan

Jika keluarga akhirnya akhirnya tidak enakan dengan keluarga yang dijodohkan, jangan khawatir.
Itu adalah bentuk resiko.
Resiko selalu ada kapan saja dan dimana saja.
Haruskah setiap orang yang dijodohkan pada kita akan menjadi pendamping kita?
Kalau memang gitu, betapa mengerikannya perjodohan itu.


3. Patuh pada orang tua adalah syarat mutlak

Bagaimana mungkin kita bahagia dengan pasangan yang kita cintai kalau kita tidak bisa menyenangkan orang tua kita karena kehadirannya.
Orang tua sudah membesarkan kita hingga sekarang.
Ini bukan karena tugas tanggung jawab mereka, tapi karena rasa sayang mereka pada kita anaknya.
Bukankah kita harus membalas rasa sayang mereka.
Jika ada pasangan yang kita cintai akan mengalami permasalahan dengan orang tua kita saat kita perkenalkan.
Berikan orang tua pelan-pelan pengertian mengapa kita harus memilih pasangan kita itu.
Coba pahami keinginan orang tua kita dari pasangan kita itu.
Dari situ pasti bisa diambil benang merahnya.


4. Atasi halangan

Survei membuktikan banyak lelaki Karo ketika mendekati wanita lebih banyak memakai prinsip menghindari halangan daripada mengatasi halangan dalam mencapai keinginannya.
Hal ini justru membuat rasa rendah diri di kemudian hari.
Percaya diri saja. Atasi semua halangan yang mencoba kita untuk bersatu dengan kekasih kita itu.
Dengan begitu kita akan lebih mencintainya. Bukankah semua lelaki diciptakan bersifat ksatria.


5. Jangan milih-milih

Umur semakin uzur tapi masih saja milih.
Si ini kurang itulah, si itu kurang inilah. Ada-ada saja. Manusia tidak ada sempurna.
Pasti ada kekurangan dari calon pasangan kita.
Untuk itulah kita hadir untuk mencukupkan kekurangannya dari kelebihan kita.

Tiba-tiba saya ingat apa yang dikatakan teman saya tentang umur dan perjodohan.
Katanya gini :
Umur 20-25 tahun = siapa elo? Umur 25-30 tahun = siapa gue? Umur 30 ke atas = siapa saja?!

Tulisan ini adalah bentuk tafsiran dari bentuk perjodohan pada masyarakat Karo berdasarkan pengalaman dan curhat orang lain.
Jika ada yang tersinggung, tersudut, atau pernah mengalaminya, saya minta maaf sebesar-besarnya.
Sentabi,

domingo, 6 de dezembro de 2009

Karo dan Sifat Merganya

Sebuah konteks dalam sifat setiap manusia tidak lepas dari aspek psikologis (kejiwaan) manusia itu sendiri.
Dengan kebesaran kuasaNya, Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman sifat.
Tentu setiap manusia di muka bumi ini diciptakan dengan sisi baik dan buruknya.

Manusia Karo juga tidak terlepas dari keberagaman sifat (biak) itu.
Sifat yang dimiliki setiap individu Karo tentu berbeda-beda.
Tapi ada sifat dasar pembawaan dari merga yang dipakainya.
Mungkin juga sifat ini didasarkan beberapa sebab seperti satu keturunan (terombo), satu kampung berikut kebiasaan dan tradisinya sampai letak geografis tempat tinggal.

Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang sifat-sifat (Biak-biak) Silima Merga.
Penulis meriset semua sifat-sifat ini dari wawancara dengan orang-orang tua, beberapa tulisan juga pengalaman pergaulan dari kehidupan sebagai orang Karo di tengah tatanan budaya Karo yang kental.






Karo-Karo

Merga Karo-karo rata-rata cerdas dalam berpikir dan bertindak.
Ini terbukti dengan orang Karo yang meraih gelar sarjana pertama kali adalah Dr B. Sitepu dan Mr. Jaga Bukit.
Profesor pertama dari Karo adalah Prof. A.T. Barus.
Gubernur Sumatera Utara dari Karo pertama kali adalah Ulung Sitepu.
Sampai menteri dari Karo yang pernah diangkat adalah M.S. Kaban.

Karo-karo biasanya berkemauan kuat dan berusaha keras meraih cita-citanya.
Karena kemauan dan kerja kerasnya itu tidak sedikit Karo-karo berhasil meraih segala keinginannya.

Beru Karo terkenal berani dalam bertindak.
Ketika ada yang tidak sesuai keinginan hatinya maka apapun bisa dikata-katainya.
Cenderung bersifat mendominasi dalam rumah tangga.
Tapi beru Karo terkenal kepintarannya sebagai penyeimbang rumah tangga.


Ginting
Merga Ginting lantang dalam berbicara.
Kalau memang pendapatnya benar akan terus dipertahankannya.
Siapa yg tak kenal nama yang sudah didekasikan menjadi salah satu jalan terpanjang di negeri ini, Letjend Jamin Ginting.
Termasuk mantan anggota MPR RI, (alm) Sutradara Ginting yang pintar dalam mengungkapkan pendapatnya.
Tidak takut untuk memulai sesuatu yang baru.
Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat.
Cenderung patuh pada istrinya.

Beru Ginting terkenal tidak malu tampil ke tengah.
Kalau belum berbuat sesuatu rasanya belum ada kepuasan dalam dirinya.
Keberaniannya terkadang tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi terhadap tindakannya.


Sembiring
Merga Sembiring rata-rata berjiwa diplomatis.
Sedikit berbicara tapi dalam artinya.
Terkadang pelan-pelan mengutarakan pendapatnya sehingga keinginan hatinya diterima semua orang.
Siapa yang tidak kenal dengan keturunan Sibayak Sarinembah, Mayjend Raja Kami Sembiring dengan vokalnya yang menghebohkan gedung MPR RI Senayan beberapa tahun lalu.
Kriminolog Adrianus Meliala juga termasuk salah satu contoh serta Tifatul Sembiring yang saat ini menjabat sebagai Menkoinfo.

Cenderung malu dan takut mengutarakan cinta pada gadis yang dipujanya.
Bahkan sekalipun ditanya apakah dia mencintai gadis itu dengan cepat akan ditampiknya dengan halus.

Beru Sembiring berjiwa penyabar.
Walau banyak yang tidak menyenangi dirinya dengan sabar dia akan menerimanya.
Cenderung sebagai penguasa rumah tangga.
Sehingga rumah tangga berada dibawah kendalinya.


Tarigan
Merga Tarigan pintar berbicara.
Di kedai kopi ataupun jambur semua obrolan akan didominasinya.
Cepat berkelit dalam berkata-kata jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan maksudnya.
Karena pintar berkata-kata rata-rata merga Tarigan berjiwa dagang.
Mulia Tarigan salah satu contohnya, juga Mestika br Tarigan menjadi psikolog.

Beru Tarigan bersifat pasrah terhadap sesuatu yang didapatnya.
Apa yang dikatakannya terkadang berbeda dengan isi hatinya.


Perangin-angin
Merga ini disebut dengan julukan Tambar Malem (selain Sebayang).
Tambar Malem maksudnya disini adalah kepintaran dalam berkata-kata untuk menghibur orang.
Jika ada orang mengalami masalah, Perangin-angin pintar memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi jalan keluarnya. Bersifat moderator dan mediator.

Cenderung harus dibujuk-bujuk (tami-tami) dan cemburuan.
Berani dalam bertindak dan mengungkapkan pendapatnya.
Aktor kawakan Advent Bangun yang telah memakai lidahnya dalam berkotbah di mimbar gereja.
Termasuk perjuangan Kiras Bangun alias Pa Garamata dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.

Beru Perangin-angin berjiwa ingin tampil.
Ada suatu kebanggaan jika dirinya diperhatikan orang.
Bersifat menguasai keluarganya sendiri.
Kepintarannya dalam mencari muka pada orang tuanya terkadang membuat perselisihan dengan turangnya sendiri.


Sifat-sifat merga di atas tidak bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk menyimpulkan sifat seseorang dari merganya. Perkembangan jaman, kehidupan sosial dan perkawinan dengan berbagai suku sedikit demi sedikit mengikis sifat-sifat merga itu sendiri.

Jadi sifat merga diatas hanyalah sebuah kesimpulan kecil dari sebuah penelitian yang setiap saat bisa disanggah dan diperdebatkan.
Sekali lagi janganlah kesimpulan diatas menjadi acuan kita untuk menilai sifat merga dan juga sifat seseorang.

Tapi jika kita menelusuri lebih dalam setiap orang Karo mempunyai sifat yang hampir sama.
Mungkin dikarenakan alam, budaya dan seninya yang mengacu pada kehidupan sosial Karo itu sendiri.
Catatan kecil tentang sifat orang Karo

Orang Karo itu tidak terlalu rajin tetapi bukan pemalas.
Berjiwa lemah lembut dan toleransi yang kuat.
Sifat gotong royong dan memusyawarahkan sesuatu secara �sangkep nggeluh� menjadi nilai yang dikedepankan dalam strukur sosial masyarakatnya.

Prinsip hidupnya adalah, �Ertuah bayak sangap encari,� yang artinya berkembang biak murah rejeki, dan etos kerja yang digunakan �Mangkuk reh mangkuk mulih, Ola lolo cametendu�.

Filosofi hidup orang Karo itu, �Pebelang juma maka mbelang man peranin, Jemur pagendu sangana las,� yang artinya perbanyak mata pencaharian supaya banyak hasilnya, gunakan kesempatan yang ada.

Ada juga falsafah yang mengatakan, �Keri gia pola isina, gelah mehuli penangketken kitangna,� biarpun habis air nira diminum, asal yang meminum itu menggantungkan tempatnya (kitang) itu dengan baik.

Kelemahan orang Karo pada umumnya mudah tersinggung dan sakit hati.
Apabila rasa sakit hati dan ketersinggungan itu terlalu mendalam akan menimbulkan reaksi.
Tetapi lebih banyak mengundurkan diri dalam percaturan. Tapi umumnya mempunyai sifat pendendam.

Orang Karo sangat sensitif tetapi menyimpan sifat ideal sebagai single fighter.
Berani memulai sesuatu walau tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya.
Mempunyai jiwa merantau (erlajang) dan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada istilah sendiri yang mengacu hal ini,
�Kalau masuk ke kandang kambing, dia akan mengembik tapi tidak jadi kambing.
Kalau masuk ke kandang harimau, dia akan mengaum tapi tidak jadi harimau.�



Sebuah sajak indah yang pernah ditulis Alm. Djaga Depari tentang Merga Silima

Silima Merga
De nen percibalna
tutus atena ras sumangatna
kini genggengenna ninta
cukup me tuhuna
meteh mehuli meteh mehangke
dahinna la murde
ertuding ras jore
beluh nge erjile-jile

Tapi lit dengang ia pandangen
simorahen ras sicianen
pergelut perbenceng permeja
nakan segarun terbuang dungna
iban si sitik selembar ngenca

De lakin robah
la kin jera
ngerasa kerina
silima merga


(Terjemahan)

Silima Merga
Kalau dilihat keadaannya
rajin serta besar semangatnya
tahan menderita kata kita
cukuplah memang
tahu baik tahu malu
pekerjaannya tidak jelek
beres dan teratur
tahu pula menghias diri

Tapi masih ada juga kekurangannya
iri hati dan dengki
mudah sakit hati dan putus asa
nasi sebakul terbuang jadinya
karena rambut sehelai saja
Kalau tidak berubah
tiada jera
merasalah semua
Silima Merga


Masing-masing kita sudah mengetahui sifat kita sebagai pribadi maupun sebagai seorang Karo.
Tapi alangkah baiknya jika kita menelaah mana sifat yang mendukung hidup ke arah positip dan mana malah yang menghambat.

Adalah suatu jiwa besar jika kita meninggalkan kebiasaan lama dan memulai sesuatu yang lebih baik.
Dengan menggunakan sifat yang baik dari kita secara pribadi dan juga dengan sesama niscaya memberikan harapan perubahan baru dalam hidup kita.
Salam budaya!

sábado, 5 de dezembro de 2009

Kalender Suku Karo

Orang Karo mempunyai nama-nama tangal hari dan bulan serta pembagian waktu, demikian juga nama - nama dari arah mata angin.

Satu tahun dihitung 12 bulan, dan 1 bulan dihitung 30 hari.
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:


<> Bulan Sipaka sada merupakan bulan kambing
<> Bulan Sipaka dua merupakan bulan lampu
<> Bulan Sipaka telu merupakan bulan gaya cacing
<> Bulan Sipaka empat merupakan bulan katak
<> Bulan Sipaka lima merupakan bulan arimo harimau
<> Bulan Sipaka enem merupakan bulan kuliki elang
<> Bulan Sipaka pitu merupakan bulan kayu
<> Bulan Sipaka waluh merupakan bulan tambak kolam
<> Bulan Sipaka siwah merupakan bulan gayo kepiting
<> Bulan Sipaka sepuluh merupakan bulan belobat baluat atau balobat Alat Music Tiup
<> Bulan Sipaka sepuluh sada merupakan bulan batu
<> Bulan Sipaka sepuluh dua merupakan bulan nurung ikan

Nama-nama hari pada suku Karo apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata Sansekerta.
Setiap hari dari tanggal itu mempunyai makna atau pengerian tertentu.
Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, berperang ke medan

laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya.
selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok.
Disinilah besarnya peranan "guru sibeloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan

serasi), yang dengan perhitungannya secara seksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.

Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

1. ADITIA adalah hari/wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)

2. SUMA adalah hari/wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.

3. NGGARA adalah hari/wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan Tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.

4. BUDAHA adalah hari/wari si empat nahe, wari Page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.

5. BERAS PATI adalah hari/wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.

6. CUKRA ENEM adalah malam/berngi hari/wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.

7. BELAH NAIK adalah hari/wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli Banci erkata gendang.

8. ADITIA NAIK adalah hari/wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.

9. SUMANA SIWAH adalah hari/wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.

10. NGGARA SEPULUH adalah hari/wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.

11. BUDAHA NGADEP adalah hari/wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.

12. BERAS PATI TANGKEP adalah hari/wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.

13. CUKERA DUDU (LAU) adalah hari/wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.

14. BELAH PURNAMA RAYA adalah hari/wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.

15. TULA adlah hari/wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.

16. SUMA CEPIK adalah hari/wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-Malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.

17. NGGARA ENGGO TULA adalah hari/wari Mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.

18. BUDAHA GOK adalah hari/wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.

19. BERAS PATI adalah hari/wari untuk Menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.

20. CUKRA SI 20 adalah hari/wari Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata ghendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.

21. BELAH TURUN adalah hari/ wari untuk buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.

22. ADITIA TURUN adalah hari/wari erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.

23. SUMANA MATE adalah hari/wari mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.

24. NGGARA SIMBELIN adalah hari/wari mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna simehuli.

25. BUDAHA MEDEM adalah hari/wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.

26. BERAS PATI MEDEM adalah hari/wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.

27. CUKRANA MATE adalah hari buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.

28. MATE BULAN Ngulak adalah hari untuk buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.

29. DALAN BULAN adalah hari/wari kurang ulina, simehuli tupuk.

30. SAMI SARA adalah hari/wari nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man nini-nini, nendungi guru.

terça-feira, 1 de dezembro de 2009

Gertak Lau Biang


Rasanya orang yang lahir, besar, atau paling tidak pernah tinggal di Tanah Karo pasti mengenal Gertak Lau Biang (Jembatan Lau Biang).
Jika ditanyakan apa pendapat mereka tentang Gertak Lau Biang dengan perasaan bergidik dan dibumbui cerita-cerita seram mereka akan menjelaskan tentang jembatan angker tersebut.

Konon penamaan Lau Biang itu sendiri diambil dari cerita dimana salah seorang nenek moyang merga Sembiring pernah dikejar musuhnya kemudian menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke sebuah sungai dan hampir tenggelam.
Seekor anjing kemudian menyelamatkan orang itu dan membawanya ke seberang.
Mulai dari situ sungai tersebut dinamakan Lau Biang dan Merga Sembiring Singombak berjanji untuk pantang makan daging anjing.


Sembiring Singombak yang dalam bahasa Budayawan Karo Brahma Putro disebut Sembiring Hindu Tamil menganggap Lau Biang adalah sungai suci.
Dulu Seberaya (sebelumnya disebut Sicapah) yang menjadi pusat dari Sembiring Singombak diadakan perayaan besar �Kerja Mbelin Paka Waluh� seremai sekali atau 32 tahun sekali.
Menurut peneletian Kerja Mbelin Paka Waluh terakhir terjadi antara tahun 1850-1880.

Kerja Mbelin Paka Waluh adalah perayaan besar Sembiring Singombak yang pada masa itu masih beragama Perbegu atau Pemena yang dikaitkan dengan agama Hindu.
Ada kepercayaan yang mendasar pada masa itu tentang upacara suci pembakaran mayat (ngaben) dan menghanyutkan perabuan mayat itu ke sungai Lau Biang yang konon dipercaya di lautan luas akan bertemu dengan sungai Gangga India yang dianggap suci itu. Jadi pelaksanaan penghanyutan perabuan mayat ini oleh masing-masing sub merga Sembiring Singombak ini secara bersamaan dalam upacara besar disebut Kerja Mbelin Paka Waluh.

Masing-masing sub Merga Sembiring Singombak berikut anak berunya datang dari berbagai penjuru kuta Tanah karo.
Masing-masing sub Merga itu menyiapkan perahu-perahu kecil yang indah.
Lalu dengan iring-iringan upacara tertentu perahu-perahu itu kemudian dinaiki masing-masing sub Merga lalu bergerak di aliran sungai Lau Biang.
Penghanyutan perabuan mayat dalam Kerja Mbelin Paka Waluh itu terjadi beberapa bulan untuk persiapan berikut pelaksanaannya.

Sementara Gertak Lau Biang jembatan yang menghubungkan kuta Batukarang, Nageri dan Singgamanik ini adalah saksi bisu segala penindasan dan dokumen sejarah.
Pada tanggal 15 September 1904, Kiras Bangun atau Pa Garamata dan laskarnya menghancurkan jembatan penghubung ini agar Belanda tidak bisa menyeberang ke tempat persembunyiannya di Singgamanik.
Jembatan ini sendiri terlihat dari Riung suatu perladangan tempat Garamata dulu diasingkan oleh Belanda.

Pada masa taktik bumi hangus kuta-kuta Tanah Karo pada agresi Belanda tanggal 25 Nopember 1947, para pengungsi dari Batukarang dan kuta-kuta lainnya menyeberangi Lau Biang itu dengan jembatan yang terbuat dari bambu yang berayun-ayun.

Aliran sungai yang lewat dibawah jembatan itu sangat deras.
Dan jarak dari tebing ke sungai mencapai 30 meter.
Baru dimasa setelah pengungsian itu dibangun jembatan kokoh yang menurut kata orang bertumbalkan 2 kepala anak-anak!

Kepala-kepala itu sendiri menurut kata-kata orang adalah sebagai penyangga dari jembatan itu agar kokoh dan bertahan lama. Ini terbukti karena sampai sekarang jembatan itu masih bertahan dan belum tampak akan roboh.

Banyak cerita yang terdengar dari fenomena Gertak Lau Biang tersebut.
Ada yang mengatakan di jaman Revolusi tepatnya ketika Belanda angkat kaki dari Tanah Karo, tempat tersebut menjadi saksi bisu dimana terjadi �penggelehan� besar-besaran terhadap yang dituduh sebagai antek-antek Belanda termasuk beberapa Sibayak dan Raja Urung.

Bahkan menurut Nande Sendep br Bangun (umur 100 tahun) dari Batukarang seorang saksi sejarah yang masih hidup, Gertak Lau Biang menjadi tujuan dari beberapa daerah di Sumatera Utara untuk pengeksekusian antek-antek Belanda.
Mereka dibunuh dengan cara biadab.
Ada yang dipancung, ditikam bahkan langsung dibuang begitu saja dari jembatan itu ke sungai Lau Biang yang deras.
Biasanya malam pengeksekusian dini hari.
Tambah Nini Ribu itu pula, jika pengeksekusian telah selesai biasanya truk-truk yang membawa para korban sembelihan tadi langsung dijatuhkan ke Lau Biang malam itu juga.

Berapa orang yang mati di Lau Biang itu tidak ada yang bisa memastikan.
Ada yang menyebut ribuan, ratusan ribu bahkan menurut Nini Ribu angkanya bisa mencapai satu juta kepala.
Berlebihankah? Jika kita telusuri sejarah dari tahun ke tahun tentu kita akan mengiyakan apa yang dikatakan Ribu.

Di jaman pendudukan Belanda, seorang veteran laskar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan mereka dulu pernah menutup jembatan tersebut dengan pohon dan tumbuhan-tumbuhan.
Lalu membuat jalan terusan ke arah yang salah.
Sehingga truk-truk tentara Belanda mengira jalan itu tetap lurus dan akhirnya mereka jatuh ke sungai Lau Biang itu.
Bahkan menurut kabar burung, di dasar Lau Biang itu terdapat kerangka tank tentara Belanda.
Biasanya jika air sungai Lau Biang itu jernih akan terlihat dari atas jembatan rangka truk dan mobil yang pernah jatuh.

Lau Biang memang angker.
Menurut pengakuan seorang sumber, beberapa dekade terakhir ini Lau Biang dijadikan tempat untuk bunuh diri.
Biasanya orang yang bunuh diri di tempat tersebut karena stress.
Kebanyakan bahkan gadis yang beralasan cintanya tidak disetujui oleh keluarganya.
Beberapa bulan lalu seorang Bulang dari Singgamanik harus mengakhiri hidupnya di jembatan itu karena stress dengan kehidupan keluarganya.
Padahal ketika itu kempunya sudah melarang di pinggir jembatan.
Bulang itu ditemukan mengapung empat hari kemudian tepat di bawah jembatan itu.

Belum lagi pembunuhan sekeluarga yang pernah terjadi di Kabanjahe yang ke semua mayatnya dibuang ke Lau Biang tersebut.
Lau Biang juga pernah menjadi tempat pembuangan mayat ketika jaman PKI.

Jika seseorang jatuh ke Lau Biang kemungkinan besar bahkan bisa dipastikan akan mati.
Maka untuk mencari mayatnya dibutuhkan beberapa hari untuk menunggu.
Jika tidak mengapung di sekitar situ maka secepatnya pergi ke Perbesi.
Karena biasanya mayat-mayat dari Lau Biang akan mengapung disana.
Itulah sebabnya pernah beberapa masa orang-orang kuta Perbesi enggan untuk mandi atau mengambil air dari Lau Biang yang mengaliri kuta itu.

Tidak jauh dari Gertak Lau Biang itu, terdapat sebuah pancuran yang dinamakan Pancur Besi.
Pancuran itu terletak di pinggir jalan. Hanya terpaut beberapa meter antara pancuran untuk laki-laki dan perempuan.
Menurut penglihatan beberapa saksi mata, jika kita melewati pancuran itu malam hari akan terlihat seorang gadis berambut panjang sedang mandi di pancuran itu.
Mitos itu mungkin terbawa karena menurut legenda kebiasaan Putri Hujau beru Sembiring Meliala yang mandi di Seberaya.

Salah satu sumber di Trans TV menyebutkan team survey reality show �Dunia Lain� pernah malakukan penjajakan ke Gertak Lau Biang untuk kemungkinan dilaksanakan �Uji Nyali� di daerah tersebut.
Tapi kemudian acara yang dipandu Harry Panca itu mengurungkan niat karena beralasan di tempat itu penunggunya sangat kuat dan susah untuk ditaklukkan.
Sungguh tidak bisa dibayangkan jika acara tersebut betul-betul dilaksanakan.
Kemungkinan peserta �uji nyali� itu bisa hilang entah kemana.
Lagipula siapa yang akan berani seorang diri diam di tempat itu selama 4 jam hanya untuk mendapatkan satu juta rupiah!

Ada juga cerita tentang kehebatan pemancing yang berjuluk �Pengkawil Lau Biang.�
Menurut cerita Pengkawil Lau Biang itu biasa memancing di sepanjang aliran sungai Lau Biang.
Mereka berjalan dari Seberaya menapaki setiap tebing terjal sepanjang sungai hingga ke Perbesi kemudian pulang lagi dari jalan yang sama.
Tidak terbayangkan betapa melelahkannya.
Hingga ada yang menyebutkan kalau Pengkawil Lau Biang itu bukan orang sembarangan.

Jika kita hendak melewati Gertak itu dengan kendaraan maka kita harus membunyikan klakson terlebih dulu sebagai tanda permisi pada penunggu tempat itu.
Jika tidak, akan terjadi keanehan seperti mesin kendaraan tiba-tiba mati misalnya.
Ketika meneliti daerah tersebut kita juga harus memberikan ritus rokok sebagai permohonan ijin.

Banyak cerita yang di dengar dari orang-orang yang pernah melintas pada malam hari.
Berbagai penampakan-penampakan biasa terlihat. Apapun wujudnya tentu sosok menakutkanlah yang terlihat.
Itulah sebabnya saat ini jarang mobil ataupun sepeda motor lewat malam hari di tempat tersebut.

Gertak Lau Biang telah menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat Karo.
Banyak cerita yang mewarnai fenomena tersebut.
Fenomena itu menjadi misteri yang sulit untuk terungkap.

segunda-feira, 30 de novembro de 2009

Deleng Pertektekken


Deleng Pertektekken dikenal sangat angker.
Apapun yang melintas di atasnya akan jatuh dan mati.
Kabarnya, tempat ini adalah tempat pembuangan ilmu sakti dari seorang dukun. Konon, jatuhnya pesawat Foker di sekitar pegunungan Sibayak disebabkan pula oleh keberanian awak pesawat tersebut melintasi daerah keramat ini.
Jangankan pesawat, kupu-kupu atau burung yang berani terbang di atas Pertektekken akan mati secara mengenaskan.
Memang, daerah yang terletak di kaki bukit Pertektekken di bagian Selatan dan berdekatan dengan gunung Sibayak memiliki kisah mistik yang menyeramkan.
Kisah itu berawal dari sebuah desa, Daulu yang hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat ini.
Daulu terletak di bagian Selatan kota Medan, kira-kira 55 kilometer.
Konon di desa Daulu ada sepasang dukun sakti yang bernama Pawang Ternalem dan Beru Patimar.

Dikisahkan sepasang dukun tersebut sering mengembara ke berbagai daerah untuk melakukan pengobatan dengan meninggalkan kedua anakanya.
Kabarnya ketika mereka mengembara, kedua anaknya jatuh sakit.
Seorang tetangga mengabarkan berita menyedihkan ini kepada sepasang dukun tersebut.
Namun Pawang Ternalem dan istrinya menolak pulang.
Mereka berpikir, kalaupun anaknya sakit atau sampai meninggal dunia mereka toh bisa menghidupkan lagi.
Benar, selang beberapa saat tetangganya datang lagi dan mengabarkan bahwa anaknya telah meninggal dunia.
Sepasang dukun sakti ini enggan untuk pulang.
Pasalnya, hanya dengan satu centimeter tulang yang masih tersisa mereka mampu menghidupkan kembali anaknya.
Sial tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Ketika Pawang Ternalem pulang ke rumah, didapati kuburan anaknya telah kosong.
Kabarnya, jasad anaknya telah dicuri oleh dukun yang lebih sakti lagi.
Ia adalah Nini Kertah Ernala, penunggu gunung Sibayak.
"Bila ingin bertemu bentangkan kain putih.
Ingat, jangan menjamah anak itu karena bayangan tersebut akan lenyap," pesan Nini Kertah.
Sepasang dukun tersebut menjalankan pesan Nini Kertah.
Ketika mereka membentangkan kain putih maka wajah kedua anak itupun muncul.
Karena rindu yang begitu mendalam, Beru Pattimar memeluk kedua anaknya.
Namun bayangan itupun tiba-tiba menghilang.
Pasangan ersebut sangat terpukul dengan kematian anaknya.
Apalagi mereka tak mampu menghidupkan lagi.
Rasa kecewa yang mendalam menyebabkan mereka sepakat untuk membuang ilmunya.
"Apalah artinya ilmu dan kekayaan yang kita miliki kalau anak kita tak bisa kembali.
Marilah sekarang juga kita buang semua ini," katanya sambil menuju ke sebuah kaki bukit.
Sebelum memotong alat perdukunannya, Beru Pattimar sempat bersumpah, "Apapun yang nantinya melintas di atas kepalaku akan mati".
Seketika tempat itupun seperti meledak, menerima sumpah saktinya.
Kabarnya sumpah sakti dari Beru Pattimar benar-benar menjadi kenyataan.
Penduduk yang mencari kayu di tempat ini sering menemukan bangkai burung yang mati.
Malah mereka pun sering menemukan bangkai harimau atau beruang yang mereka ambil kulitnya untuk membuat perhiasan.
Benarkah sumpah sakti itu yang menjadi sumbernya?
Hanya Tuhan Yang Tau...

segunda-feira, 9 de novembro de 2009

Karya Alm. Reno Surbakti


Reno Surbakti
dikenal sebagai pelaku seni yang multitalenta, selain sebagai pencipta lagu, Alm.Reno Surbakti dikenal juga sebagai penyanyi, Sutradara, Aktor, Produser, Pelawak dan penulis scenario.
Semasa kecil Alm.Reno Surbakti menghabiskan masa kecilnya di desa Kelling atau yang sekarang ini dikenal dengan Desa Merdeka, Kabubapten Karo.

Beranjak dewasa Reno Surbakti selain bersekolah juga bekerja sebagai penunggang kuda di sekitaran Gundaling, Berastagi.
Bakatnya bernyanyinya sudah kelihatan pada masa itu bermain gitar, menciptakan lagu dan bernyanyi mewarnai kehidupannya.
Setelah bekerja atau pada saat beristirahat dia meluangkan waktunya dan menghibur diri dengan bermain gitar dan benyanyi.
Lagu Perbaju Gara adalah lagu yang pertama diciptakannya.
Inspirasi lagu Perbaju Gara ini muncul di saat trendnya masyarakat yang menggunakan baju berwarna merah.
Semangat untuk bernyanyi di atas panggung diberikan oleh teman-teman yang berada bersama dia dikala itu.
Mengajak Reno Surbakti untuk memberanikan diri bernyanyi di atas panggung, tepatnya di bukit Gundaling.

Beberapa Karya Lagu Beliau ;

Aku Lanai
Bunga Rampe
Cincin
Coles-Coles
Kacang Koro
Kereta Api
Ranan Erkuan-Kuan
Ranan Gombal
Tedeh la Erbalas
Tengah Berngi Simbages
Terdaram-Daram
Tersinget-Singet

Source Code














terça-feira, 3 de novembro de 2009

Karya Alm. Djaga Depari


Melalui syairmu
Tertanam semangat juang
Curahan hati, harapan,
kasih juga cinta...

Lagumu
tak habis dimakan usia
tak hilang direlung waktu

Kami yang ditinggalkan
Mengenangmu...
Merasa Bangga...
Kau Menghiasi Hari-Hari...

Djaga Depari menghabiskan masa masa tuanya dikampung Seberaya dengan menuliskan banyak lagu lagu Karo yang sekarang ini dengan mudah kita peroleh dalam bentuk pita kaset atau dvd yang diperdagangkan secara komersil. Beliau sudah mempersembahkan yang terbaik pada dirinya untuk bangsa Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara mendirikan sebuah monument Djaga Depari dikota Medan.
Mengarang Kurang Lebih 200 Lagu....
Source Code


Penghargaan Yang Diperoleh Alm.Djaga Depari :

1. Piagam Anugerah Seni dari Presiden RI (2 Mei 1979)
2. Piagam Anugerah Seni dari Gubernur SuMut (13 Juli 1979)




Berikut Beberapa Lagu Karya Sang Maestro Alm.Djaga Depari :

Anda Bisa men-Download Beberapa Lagu Alm.Djaga Depari yg telah kami sediakan.
DOWNLOAD HERE

Musuh Suka
Ula Gelangken
Andiko Alena
Cit Nina Pincala
Membas-Embas
Erkata Bedil
Family Teksi
Kacang Goreng
Kacang Koro
Lasam-Lasam
Mbaba Kampil
Mbuah Page
Mejuah-Juah
Nangkih Deleng Sibayak
Io Io Lau Beringin
Pecat-Pecat Siberaya
Perkantong Samping
Perkede la Megogo
Pinta-Pinta
Piso Surit
Rudang Mayang
Rudang-Rudang Mejile
Sora Mido
Sue-Sue
Terbuang
Tunduh-Tunduh
Wayahe-Wayah
Tanah Karo Simalem

Artikel Tentang Alm. Djaga Depari
* Sang Komponis Djaga Depari
* Romantisme Djaga Depari dalam Erkata Bedil
* Lampas Tayang Melawen Tunduh

MEJUAH-JUAH

quinta-feira, 29 de outubro de 2009

DOWNLOAD LAGU KOMEDI KARO


Lagu-Lagu Berikut Merupakan Beberapa lagu yg terdapat Pada Album Lawak Karo yang sudah beberapa Album Mereka keluarkan.
Nampaknya setelah tidak muncul lagi dalam Drama Lawak Karo, Cot Dogol dan Kawan-Kawan beralih Melawak dengan lagu.
Adapun beberapa lagu tersebut lagu POP KARO yang sudah ada jadinya, namun Lirik lagunya diubah menjadi lebih "Kocak".
Ada jg beberapa lagu baru yang sebelumnya memang belum ada.
Berikut Lagu-Lagu Komedi Karo yg Kami Sediakan dan Dapat Anda Download disini.
DOWNLOAD HERE

4 x i Buali
Ermang-Mang
Kentang
Akap Telap
La Lako-Lako
Ngepas
Solder
Ayak-Ayak Biang
Anggap Bupati
Bekas Tukur Mami
Tading-Tadingen
Tokeh Gundur
Sok Keren
Gado-Gado
Kopi Susu
Tading-Tadingen
Kawan-Kawan

domingo, 18 de outubro de 2009

Cerita Guru Pertawar Reme

Guru Pertawar Reme adalah seorang dukun terkenal di kawasan Tanah Karo. Dia mampu mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit reme (cacar) yang mengerikan itu. Pada suatu ketika penyakit berkecamuk di daerah Alas (Aceh). Guru Pertawar Reme berangkat ke sana untuk mengobati penyakit tersebut. Berbulan-bulan lamanya dia di daerah itu dan telah banyak uang diperolehnya sebagai hasil dari pengobatannya.

Namun pada suatu hari datang seseorang laki-laki dari Tanah Karo memberitahukan kepadanya bahwa anaknya dalam keadaan sakit keras. Guru Pertawar Reme kurang peduli dan karena merasa bahwa dia memiliki ilmu yang begitu hebat, maka dia berkata : �Tak usah sangsi, asalkan masih ada tulangnya sebesar sisir, dia masih dapat ku sembuhkan.� Si pembawa beritapun pulanglah dengan hati yang kesal.

Setelah lebih kurang 6 bulan berada di daerah Alas, Guru Pertawar Reme pulang ke kampungnya. Namun setelah dia samapi dirumahnya dia tidak menemukan anaknya lagi. Kepadanya dibertahu orang bahwa ketiga anaknya telah meninggal dunia dan telah dikuburkan di kaki Gunung Sibayak.

Guru Pertawar Reme bersama beberapa orang kawanannya pergi ke tempat itu. Kuburan ketiga putrinya itu digalinya dan kerangkanya dikeluarkan. Mulailah Guru Pertawar Reme mengucapkan mantra dan menggunakan semua ilmunya. Namun sia-sia belaka, anaknya tidak dapat muncul, hanya tulang �belulang yang dihadapinya, dia sangat sedih dicobanya lagi, tetapi tetap tidak berhasil. Akhirnya terdengar suara : �Sudahlah, tidak ada gunanya lagi kami diobati, rupanya nasib kami hanya begini. Kami telah menjadi penunggu dan kramat gunung ini.� Setelah itu hilanglah tulang-tulang terbeut menjelma menjadi batu. Ketiga putrinya itu dikenal dengan nama Beru Tandang Kumerlang, Beru Batu Ernala, dan Beru Baru Erlunglung.

Perjuangan Garamata


Peranan Kiras Bangun/Garamata di Tengah Masyarakat Karo

Kiras Bangun lahir di Batukarang sekitar tahun 1852. penampilannya sederhana, berwibawa dengan gaya dan tutur bahasa yang simpatik. Masyarakat menamakan beliau Garamata yang bermakna �Mata Merah�. Masa mudanya ia sering pergi dari satu kampung ke kampung lain dalam rangkaian kunjungan kekeluargaan untuk terwujudnya ikatan kekerabatan warga Merga Silima serta terpeliharanya norma-norma adat budaya Karo dengan baik.

Pemerintahan yang ada pada masa itu disebut pemerintahan Urung dan Kampung yang berdiri sendiri/otonomi. Jalannya roda pemerintahan dititikberatkan pada norma-norma adat. Tidak jarang pula terjadi sengketa antar Urung dan antar Kampung dengan motif berbagai macam persoalan.

Pihak-pihak yang bertikai, acap kali mengundang Garamata turut memecahkan persoalan. Dengan sikap jujur, berani dan bertanggung jawab Garamata bertindak tegas tetapi arif dan bijaksana, berlandaskan semboyan �Rakut Sitelu� (Kalimbubu, Sembuyak dan Anakberu) yang sudah membudaya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bertindak beliau selalu berpegang teguh pada prinsip membenarkan yang benar, tidak berpihak, menyebabkan berbagai sengketa dapat diredakan secara damai yang memuaskan semua pihak.

Simpati masyarakat tidak terbatas dikawasan Tanaha Karo saja, melainkan meluas sampai ke daerah tetangga seperti: Tanah Pinem Dairi, Singkil Aceh Selatan, Alas Gayo Aceh Tenggara, Langkat dan Deli Serdang. Hubungan dengan daerah�daerah tersebut terpelihara serasi, terlebih-lebih kegigihan perlawanan rakyat Aceh Selatan dan Aceh Tenggara terhadap penjajah Belanda, dikagumi dan dipantau secara berlanjut.

Latar Belakang Ekspansi Belanda ke Tanah Karo
Pada tahun 1870, Belanda telah menduduki Sumatera Timur yaitu di Langkat dan sekitar Binjai membuka perkebunan tembakau dan karet. Belanda ingin memperluas usaha perkebunan ke Tanah Karo dengan alasan tanah di sekitar Binjai telah habis ditanami.

Tanah Karo telah diketahui Belanda karena kerbau sebagai penarik kereta keperluan perkebunan diperoleh dari Tanah Karo. Disamping itu Binjai pada waktu itu telah menjadi kota yang didiami tuan-tuan kebun Belanda dimana banyak didatangi orang-orang Karo dari Karo Tinggi dan ada diantaranya yang bekerja sebagai pekerja kebun maupun mandor.

Kepopuleran Kiras Banguna/Garamata telah diketahui oleh Belanda dari penduduk Langkat dan lebih jelas lagi dari Nimbang Bangun yang masih ada ikatan keluarga dengannya. Untuk itu timbul keinginan Belanda menjalin persahabatan dengan Garamata agar dibenarkan memasuki Tanah Karo guna membuka usaha perkebunan. Persetujuan Garamata atas kedatangan Belanda akan diberi imbalan uang, pangkat dan senjata.

Tawaran Belanda demikian mengandung maksud-maksud tersembunyi yang sukar ditebak apalagi Tanah Karo tidaklah cukup luas untuk jadi perkebunan.

Timbulnya Permusuhan dengan Belanda
Utusan Belanda Nimbang Bangun telah bolak-balik dari Binjai ke Tanah Karo namun keinginan Belanda memasuki Tanah Karo tetap ditolak. Keputusan ini diambil setelah dilakukan musyawarah dengan raja-raja Tokoh Karo sebagai berikut:

1. Keinginan Belanda untuk bersahabat dengan rakyat Karo dapat diterima asal saling menghargai dan menghormati.

2. Keinginan Belanda untuk memasuki Tanah Karo ditolak.

3. Belanda tidak perlu campur dalam soal pemerintahan di Tanah Karo sebab rakyat Karo selama ini sudah dapat mengatur diri sendiri menurut peradatannya sendiri.

Keinginan Belanda masuk Tanah Karo diwujudkan pada tahun 1902, dengan mengirim Guillaume bersama sejumlah serdadu Belanda sebagai pengawalnya ke Tanah Karo setelah sebelumnya mendapat izin dari salah seorang Kepala Urung lain.

Garamata memberikan beberapa kali peringatan untuk meninggalkan Tanah Karo tetapi Guillaume tidak mau berangkat. Kemudian Garamata bekerja sama dengan beberapa Urung berhasil mengusir Guillaume, setelah 3 bulan bermukim di Kabanjahe.

Sejak pengusiran itu timbullah puncak permusuhan dengan Belanda.

Menggalang Kekuatan
Perkembangan situasi yang sudah menegang disampaikan kepada tokoh-tokoh Aceh Tenggara dan Aceh Selatan sebagai daerah tetangga yang sehaluan. Kemudian Garamata menugaskan beberapa orang untuk mengetahui informasi tentang keinginan Belanda ke Tanah Karo dengan dalih membuka perkebunan, yang merupakan tindakan memaksakan kehendaknya. Dari tokoh-tokoh Aceh Tenggara dan Aceh Selatan ini diperoleh jawaban akan membantu Garamata.

Situasi yang berkembang di Tanah Karo sudah semakin memanas semenjak Guillaume dan sejumlah pengawalnya bersenjata lengkap menduduki Kabanjahe. Garamata dan pengikutnya berupaya untuk menghimpun segenap kekuatan. Pertemuan Urung/Rapat pimpinan merupakan satu-satunya sarana yang paling mudah untuk menyampaikan berbagai macam situasi kepada segenap tokoh Urung/Pasukan Urung serta melaksanakan rencana-rencana.

Melalui pertemuan Urung, Garamata dalam pengarahannya membentuk pasukan Urung dan mengadakan benteng pertahanan di tiap-tiap Urung. Persenjataan pasukan Urung terdiri dari pedang, parang, tombak, dan senapan (dalam jumlah terbatas) yang tersedia di Urung masing-masing. Dengan demikian upaya menghimpun kekuatan, mengobarkan semangat perlawanan gigih dan bersatu sembari kewaspadaan tidak dilengahkan merupakan tekad Garamata dan pengikut-pengikutnya yang setia.

Kenyataan membuktikan bahwa pertemuan Urung di Tiga Jeraya mampu mengerahkan ribuan orang pria dan wanita mengangkat �Sumpah setia melawan Belanda� yang pengucapannya dilakukan secara serempak yang menggemuruh.

Pertemuan Urung dilakukan sebanyak 6 kali dan yang terbesar pertemuan Jeraya Surbakti.


Intervensi Belanda di Seberaya Membangkitkan Kemarahan Garamata
Pada tahun 1904 serdadu ekspedisi Belanda datang dari Aceh melalui Gayo Alas dan Dairi menuju Medan. Dalam perjalanannya ke Medan melalui Tanah Karo, pasukan tersebut memasuki kampung Seberaya dimana saat itu terjadi perang saudara. Dalam perjalanan pasukan Belanda mampir di kampung Sukajulu terjadi pertempuran dengan pasukan Simbisa Urung dan pasukan Urung tewas 20 orang.

Perisitiwa berdarah di beberapa tempat merupakan petunjuk bagi tokoh Karo bahwa Belanda telah mulai menginjak-injak kedaulatan rakyat Karo. Kecurigaan Garamata demikian terbukti bahwa maksud kedatangan Belanda ke Tanah Karo adalah menjajah seperti di Langkat. Garamata memastikan bahwa perang pasti terjadi dan karena itu menugaskan beberapa orang ke Alas dan Gayo memperoleh bantuan sebagaimana disepakati setahun lalu.

quarta-feira, 7 de outubro de 2009

Diperkirakan Tahun 2016 Gempa di Tanah Karo

Belajar dari Gempa San Fransisco dan Si Cuan China, IAGI Sumut Perkirakan: Tahun 2016 Gempa Berkekuatan di Atas 7 SR Akan Mengguncang Tanah Karo

Medan, (Analisa)
Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut Ir Jonathan Tarigan memprediksi, pada tahun 2016 akan terjadi gempa berkekuatan besar di Tanah Karo yang merupakan periode pengulangan (Reccurence Period) gempa yang terjadi pada tahun 1935,

atau yang lebih dikenal dengan gempa Linor Batuka-rang yang berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR). Hal itu ditegaskan Jonathan Tarigan kepada Analisa, Senin (5/10) setelah menganalisa se-jumlah data dan fakta yang ada, serta sejumlah penelitian yang dilakukan oleh pakar geologi, bahwa periode pengulangan gempa untuk didarat akan terjadi dalam rentan waktu antara 70 sampai 80 tahun dan untuk di laut akan terjadi pe-ngulangan 100 hingga 200 ta-hun.

Berkaitan dengan hal itu kata Jonathan, bila kita berpe-doman pada analisa dan pene-litian yang dilakukan oleh pa-kar geologi, maka peristiwa gempa Tanah Karo yang terjadi pada tahun 1936, akan terulang kembali pada tahun 2016. Se-bagai contoh, gempa yang ter-jadi di San Fransisco pada tahun 1906 berkekuatan 8 SR teru-lang kembali pada tahun 1989, demikian juga halnya gempa yang terjadi di Si Cuan China pada tahun 1938 dengan ke-kuatan 7,9 SR yang menewas-kan 80 ribu orang, terulang kembali pada tahun 2008. Dari kedua kedua peristiwa gempa ini, fakta menyebutkan telah terjadi pengulangan gempa da-lam rentan waktu antara 70 hingga 80 tahun.

Dalam kesempatan itu, Jo-nathan Tarigan didampingi Ketua IAGI Sumut Ir.Gagarin Sembiring dan dua pengurus IAGI lainnya Ir Edi Maulana Barus dan N Sitepu menyebut-kan, prediksi bakal terjadinya gempa di Tanah Karo yang ber-kekuatan di atas 7 SR ini, juga dilatarbelakangi letak geografis Tanah Karo yang berada di dua patahan gempa yakni patahan Renun dan Patahan Bahorok.

"Menurut peta rawan gempa yang kami miliki, gempa ber-kekuatan 7,5 SR yang me-ng-guncang Sumatera Barat, juga berada sejajar dengan dua pa-tahan patahan Renun dan Baho-rok yang saat ini sedang me-ngancam Tanah Karo", tutur Jonathan Tarigan yang lebih akrab disapa Jo.

Jonathan mengakui, predik-si para pakar bisa saja meleset dari perkiraan, karena mereka juga manusia bukan Tuhan. Namun berdasarkan pengala-man dan fakta yang ada, pre-diksi tersebut juga ada yang mendekati kebenaran. Seperti halnya gempa yang melanda San Fransisco Amereika Serikat dan di Si Cuan China, kata Jo.

Apalagi dari penyusuran yang dilakukan para ahli geo-logi, bebatuan yang ada didara-tan Tanah Karo sangat rapuh, dan mudah terjadi peng-hancuran bila sedikit saja ter-jadi gerakan. Yang kita khawa-tirkan kata Jonathan, gempa yang terjadi di Sumbar, akan mempengaruhi letak tanah dan bebatuan di Tanah Karo, karena kedua daerah ini berada sejaja-ran dengan daerah patahan yang berpotensi terjadinya gempa.

Pada prinsipnya kata Jo-nathan, prediksi IAGI ini bukan untuk menaku-nakuti masyara-kat, tetapi sebagai sinyal agar masyarakar waspada terhadap kemungkinan terjadinya gem-pa bumi, sehingga korban jiwa yang diakibatkannya dapat ditekan sekecil mungkin.

Berkaitan dengan hal itu Ketua IAGI Sumut Gagarin Sembiring juga menuturkan, sinyal bahwa Sumut, khusus-nya Tanah Karo berada dalam wilayah yang berpotensi terja-dinya gempa, hendaknya disi-kapi secara cepat dan tepat oleh Pemerintah Provinsi maupun kabupaten\kota, dalam upaya mengantisipasi secara dini ter-hadap bahaya gempa bumi dengan mengambil langkah-langkah preventif.

"Secara keilmuan, apa yang dikemukakan IAGI menyang-kut prediksi bahwa daratan Sumatera berada dalam potensi rawan gempa, termasuk bebe-rapa daerah di Sumut, itu bisa dipertanggung jawabkan, ka-rena kita memiliki data yang valid untuk itu. Jadi dalam hal ini kita bukan asal bicara", tegas Gagarin Sembiring.

DOWNLOAD LAGU-LAGU POP KARO SEPUASNYA

DOWNLOAD LAGU-LAGU POP  KARO SEPUASNYA.


Jhon Pradep Tarigan - Bintang Filmna
Jhon Pradep Tarigan - La Terampuni
Jhon Pradep Tarigan - Mecek Pusuh
Jhon Pradep Tarigan - Riba-Iba
Jhon Pradep Tarigan - Ngulihi Ate Ngena
Harto Tarigan - Adi Pertedeh Ula Pernembeh
Harto Tarigan - Aku Enggo Biasa
Harto Tarigan - Ancur-Ancuren
Harto Tarigan - Beras ras Betah
Harto Tarigan - Bogor Jakarta
Harto Tarigan - Bohan Rires
Harto Tarigan - Cinta Terlarang
Harto Tarigan - Erberu Sunda
Harto Tarigan - Gendang Guro-Guro Aron
Harto Tarigan - Sakit Jantung
Harto Tarigan - Terpan Buah Terlarang
Harto Tarigan - Terbuang
Harto Tarigan - Medan-Jakarta-Bandung
Eddy Tarigan - Terdaram-Daram
Eddy Tarigan - Kampil Persentabin
Eddy Tarigan - Gadis Manis
Jovri Tarigan - Perik Sidua-Dua
Sastrawan Tarigan - A .C .C.
Luther Tarigan - Kampil Kuhi Belona
Sastrawan Tarigan - Beras Piher
Luther Tarigan - Ula Salahi Sila Ersalah
Sastrawan Tarigan - PSST
Magdalena br Barus - Paksa Musim
Erna br Ginting - Pedah Man Ate Ngena
Erwina br Bangun - Latertahan Gaya Ndu
Feber Magdalena br Ginting - Mesikel
Iren Bretty br Sembiring - Ndarami Asam Geluh
Netty Vera br Bangun - Bagi Redan Buruk
Netty Vera br Bangun - Pesta Bunga
Sry Malem br Bangun - Jangan Ada Dusta Diantara Kita
Agustina br Sembiring & Tommy Tarigan - Nangka Nguda
Anita br Sembiring - Nurung Mate Bergehen
Anita br Sembiring - Tersempul Nakan Mbergeh
Asmahera br Sinulingga - Tawar Banger
Asmahera br Sinulingga - Tegun Lolo
Antha Prima Ginting - Habis Tempat
Antha Prima Ginting - Tubis Pegaga
Antha Prima Ginting - Pantar Siliah
Antha Prima Ginting - Ugalah Kam e
Egi Suranta Ginting - Jumpa Tempat Biasa
Bayu II
Datuk Muda Barus - Mistik Tenda Biru
Eddy Tarigan - Terdaram-Daram
Eddy Tarigan - Kampil Persentabin
Erwina br Bangun - Teman Ngeluh
Harto Tarigan - Gendang Guro-Guro Aron
Asmahera br Sinulingga - Simpang Tiga Binanga
Antha Prima Ginting - Tubis Pegaga
Antha Prima Ginting - Bukit Lawang Serko Tendi
Antha Prima Ginting - Tugu Monas
Charles S - Bulan Simacem-Macem
Prasanta Ginting - Anak Terminal
Hormat Barus - Pergeluh Kaciwer
John Lewi Keliat - Mbeihang
Charles S - Tangis Anak Rantau
Hormat Barus - Bagi Beringin
Antha Prima Ginting - Minak Air Mata Duyung
Antha Prima Ginting - Habis Tempat
Usman Ginting - Lalit si Serta
Antha Prima Ginting - Teroma
Antha Prima Ginting - Padan
Juliana br Tarigan - Melebesa
ERKATA BEDIL
Nia br Tarigan - Yare-Yare
Bahagia Tarigan - Melumang la Erturang
Berita Tarigan - Aku la Percaya
Berita Tarigan - Simeteh Ngangkasa
Ratna br Sembiring - Bagi si Jablay
Sry Malem br Bangun - 5 Sada Kuta
Ferly Sitepu - Bibi Tua
Amirudin Surbakti - Tuan Takur
Ananias br Sembiring - Tertima-tima
Ananias br Sembiring - Jumpa Sekolah
Ayat Depari - Main Mata
Ayat Depari - Tenah Sope Berkat
Marlena br Ginting - Bahasa Cinta
Anita br Sembiring - Baju Mbiring
Ropo Sembiring - Bapa Kekelengen
Erna br Ginting - Bereng-Bereng
Usman Ginting - Sirang Gundari
Nataloma Bangun - Sora Tedehku
Antha Prima Ginting - Cinta Nokia
Antha Prima Ginting - Borobudur
Antha Prima Ginting - Kena la Seh
JEfry br Tarigan - Cinta Tertunda
Egi Suranta Ginting - Labo Aku Milihi
Egi Suranta Ginting - Siangkan
Tesalonika & Efry & Susi - Cinta Buta
Jhon Pradep Tarigan - Bintang Filmna
Tesalonika br Barus - Saingen Berat

Source : silima-merga.blog

Recent Post